Rangkaian acara Konferensi Ulama Thariqah di Hotel Santika Pekalongan
ditutup oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya Jum’at malam Sabtu 16
Januari 2016. Dia mengawali ikhtitam-nya dengan menjelaskan
tujuan utama diselenggarakan Konferensi Ulama Thariqah tersebut yakni
agar Indonesia menjadi sponsor yang mencintai negara. Masyarakat Suriah
mencintai negaranya, masyarakat Maroko mencintai negaranya, masyarakat
Lebanon mencintai negaranya.
“Setiap anak bangsa akan memiliki kecintaan kepada tanah airnya apabila mereka mempunyai rasa bela negara yang kuat“, tegas Maulana Habib Luthfi.
Menurut Habib Lutfi, Bela Negara bukanlah hal yang bersifat militer. Makna Bela Negara seperti ini terbilang sempit. Tema Bela Negara yang diangkat dalam Konferensi Ulama Thariqah adalah bela nega yang mengikat seluruh anak bangsa untuk mengangkat rasa memiliki (Jawa: handarbeni).
Dikutip dari habiblutfi.net, jika setiap anak bangsa sadar akan rasa memiliki, maka negara akan kuat. Kekuatan dari Bela Negara adalah rasa cinta kepada tanah air masing-masing. Hasil dari Konferensi Ulama Thariqah ini adalah fatwa bahwa Bela Negara dan Cinta Tanah Air merupakan hal wajib, dan mengangkat Indonesia sebagai negara pelopornya.
“Tidak hanya berarti sempit militer, Bela Negara justru mengikat pula dalam pendidikan, perdaganga, pertanian, termasuk menopang kemajuan bangsa. Maka, Bela Negara jangan dimengerti sebagai angkat sejata, tetapi bagaimana Bela Negara melahirkan kaum intelektual dalam bidang pertanian, kelautan, dan seluruh ranah kebangsaan, sehingga sikap yang benar-benar memperkokoh bangsa dan negara adalah Bela Negara juga. Jadi tidak hanya di militer, namun ada juga pada mencetak ilmuan, saintis, lewat pendidikan, dan lainnya, agar tercipta kedamaian dunia,” tegasnya.
ILebih lanjut Habib Lutfi mengatakan, Indonesia sangat luas dan luar biasa, kita semua mengetahui. Indonesia juga negara yang sangat strategis. Negara yang paling kaya kepulauan. Namun sejauh mana anak-anak kita belajar tentang perbatasan Negara? Apa yang mereka pelajari dari hasil daerah dan Negara? Anak-anak kita sudah banyak yang ketinggalan!
“Mungkin ini disebabkan kurangnya pendidikan dari orangtua. Sehingga anak menjadi rabun akan Bangsanya. Padahal wajib hukumnya Bela Negara,” tutur Habib Luthfi. “Memajukan pendidikan, ekonomi, pertanian itu termasuk dalam kategori bela negara. Kekayaan apa yang ada di negara masing-masing,” katanya.
Tentara dan rakyat jauh tidak saling kenal. Tapi alhamdulillah di Indonesia tiap hari ulama dan tentara saling berhubungan. Rakyat dan tentara saling berhubungan. Program tentara masuk desa untuk membantu rakyat. Tentara adalah anak bangsa. Sehingga terbangun saling menghormati antara Ulama dan Tentara, Rakyat dan tentara. Tentara bukanlah instansi terpisah dari masyarakat. Mereka adalah bagian dari warga ini juga.
Tanpa mengenyampingkan negara lainnya, insya Allah Indonesia menjadi percontohan bagi seluruh dunia. Setiap anak bangsa dari bangsa manapun khusunya Indonesia harus mengetahui hasil bumi, letak geografisnya dan seluruh potensi yang dimiliki. Habib Luthfi lalu mencontohkan Indonesia dari segi geopolitik dan letak geografisnya yang luar biasa, yang merupakan suatu kekuatan tersendiri. Sejauh mana generasi muda mengetahui Indonesia? Bagaimana potensi dan strategisnya Indonesia? Strategisnya pulau-pulau perbatasan Indonesia. Andai dibangun pangkalan militer di ujung Aceh dengan fasilitas dan militer yang kuat. Sehingga Indonesia punya kedudukan yang kuat.
Karena ketidaktahuan tentang hal tersebut, maka kecintaan masing-masing anak bangsa kepada bangsanya berkurang. Bagaimana hubungan antar bangsa pada masalah pendidikan, perdagangan, pertanian dan lainya, ketika setiap negara ada Bela Negara maka ada suatu hubungan yang menguntungkan.
Habib Lutfi mengutip al-Quran surat al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ
“Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”
“Lita’arafu (saling mengenal)” di sini bukan hanya saling mengenal satu sama lainya tapi juga saling tolong-menolong, lebih pada kemaslahatan antar bangsa,” paparnya.
Apa yang bisa Indonesia lakukan untuk bangsa lain, dan bangsa lain untuk Indonesia. Hubungan bilateral itu bertujuan untuk memperkuat negara masing-masing, tidak untuk saling menjatuhkan. Tidak sekadar mengenal, tapi mengenal yang sampai mengikat satu kesatuan. Satu kesatuan yang membentuk semangat persatuan dalam bangsa, dan mengikat persatuan antar negara sedunia.
“Semoga keputusan Konferensi Ulama Thariqah menelurkan cinta negara adalah wajib, bela negara pun wajib.” Pungkas Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya selaku Rais Aam JATMAN.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar